Saturday, August 8, 2015

Kebiasaan Masyarakat Jepang yang Patut Kita Contoh



1. Tekun
Banyak masyarakat Jepang yang fokus pada bidangnya. Jika mereka sudah menemukan hal yang mereka anggap berguna dan mereka senang dengan hal tersebut mereka akan fokus pada bidang tersebut dan menekuninya.
Mereka menekuninya tidak hanya sebagai hobi namun mereka menekuninya hingga hal terseut menjadi berguna untuk orang lain dan sampai menjadi pekerjaan mereka.Seperti Soichiro Honda, dia cinta terhadap otomotif dan hapir seluruh bagian hidupnya dihabiskan untuk menekuni otomotif dan pada akhrnya hasil karyanya yaitu kendaraan ber-Merk Honda telah dienal dan dipakai orang di seluruh belahan bumi ini.
2. Malu
Malunya orang Jepang beda lo dengan malunya kebanyakan orang Indonesia. Malunya orang Jepang itu malu buang sampah di jalan, malu telat, malu, melanggar lalu lintas dan malu korupsi.
Orang Jepang ketika ketahua korupsi langsung menangis dan mengundurkan diri, bagaimana dengan di Indonesia ?
3. Loyalitas
Masyarakat Jepang bisa dibilang sebagai salah satu masyarakat paling loyal atau setia di dunia. Mereka lebih mementingkan negaranya di bandingkan nyawanya. Mereka setia terhadap negaranya sehingga mereka berusaha membuat negaranya yaitu Jepang menjadi negara yang maju dan dikenal dunia. Dan hal itu sudah terbukti sekarang. Hal ini tidak berlangsung instan namun butuh juga prose dan perjuangan yang lama.
5. Inovasi
Orang Jepang juga terkenal kreatif. Kreatifnya orang Jepang kebanyakan digunakan dalam bidang yang positif seperti membuat makanan sehat, membuat kendaraan hemat bahan bakar dan teknologi ramah lingkungan.
Dari kreatifitas inilah muncul inovasi-inovasi yang membuat Jepang terkenal dengan hal-hal baru dan unik contohnya di bidang makanan ada monjayak, ramen burger Frenc Fries Soba dan masih banyak lagi.
6. Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner.
Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia.
Setalah kalah dalam perang dunia kedua pun Jepang tidak menyerah, mereka malah menjadikan kegagalan dalam perang dunia kedua tersebut sebagai motovasi untuk memajukan negaranya di era baru ini dan lihat sekarang, Jepang telah berhasi menjadi negara maju.
7. Kerja Keras
Bangsa Jepang memiliki penilaian tersendiri untuk mengartikan tidur di tengah pekerjaan atau meeting, baik itu urusan bisnis atau pemerintahan. Mereka memiliki sebuah istilah yang disebut Inemuri. Secara harafiah, Inemuri berarti “tidur sesaat”. Ketika seseorang “ber-inemuri”, mereka memandangnya sebagai akibat dari kerja keras dan pengorbanan setelah bekerja hingga larut malam. Karena itu, tidak sedikit orang yang berpura-pura tertidur agar dinilai berkomitmen dengan pekerjaan mereka.
8. Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang.
Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok” . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.
9. Mandiri
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak Orang Indonesia yang bekerja di Jepang yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya.
Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.
Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.